Kamis, 02 September 2010

KITAB ZAKAT Bag. 3

Nishab Zakat

Rasulullah SAW menetapkan standar minimal yang wajib ditunaikan zakatnya adalah berdasarkan:

1. Kecepatan dalam mendapatkan harta;
2. Kemudahan dalam mendapatkan harta;
3. Kesulitan dalam mendapatkan harta.

Maka, beliau menetapkan wajibnaya zakat seperlima (20 %), jika seseorang mendapatkan harta dalam jumlah yang banyak sekaligus: rikaz (harta karun), barang temuan, disamping tidak ada syarat haul. Bahkan beliau SAW menetapkan wajibnya zakat seperlima itu untuk kapanpun seseorang menemukannya.

Dan beliau SAW menetapkan besaran zakat “setengah dari seperlima” (10 % -pent) atas harta yang diperoleh dengan kadar kesulitan/kesusahan, keletihan, dan beban yang lebih berat daripada harta rikaz. Wajibnya zakat 10 % ini adalah untuk buah-buahan dan tanaman yang langsung ditumbuhkan bumi dan pengairannya. Allah membebankan zakat sebesar itu, karena pengairannya langsung dari-Nya tanpa ada biaya, tanpa membeli air, tanpa perlu membuat sumur atau penampungannya. Beliau SAW juga menetapkan zakat setengah darinya (5 %) atas hasil buah-buahan dan tanaman yang dikelola oleh petani dengan pembiayaan.

Beliau SAW menetapkan setengahnya lagi, yaitu seperempat dari sepersepuluh (2,5 %) atas harta yang bisa berkembang apabila dikelola secara kontinyu, terkadang dengan mengelola bumi, ataupun manajemen, atau menunggu. Dan tidak disanksikan lagi, bahwa pembiayaan untuk jenis usaha ini, lebih besar daripada pembiayaan yang dikeluarkan untuk mengelola tanaman atau buah-buahan; juga karena perkembangan dari buah-buahan dan tanaman lebih jelas dan lebih akuntabel daripada perkembangan perdagangan. Maka, tentulah wajibnya persentase zakat atas pertanian lebih besar daripada perdagangan. Dan perkembangan pertanian yang diairi air hujan atau sungai adalah lebih besar kemudahannya daripada yang diairi dengan irigasi dan pembiayaan. Dan perolehan hasil, secara sekaligus, pada harta tertentu seperti setumpuk harta karun, adalah lebih besar dan lebih banyak daripada semua jenis harta yang sudah kami ketengahkan sebelumnya.

Kemudian, beliau SAW, ketika melihat tidak adanya pemerataan terhadap kepemilikan harta-benda, walaupun sedikit, maka beliau menetapkan harta yang memungkinkan untuk bisa disebarratakan berdasarkan patokan nishab (ukuran minimal harta wajib zakat –pent), maka yang beliau lakukan, tidak serta-merta mengambil harta dari orang-orang kaya dan menyalurkannya kepada orang-orang miskin. Tidak. Namun, beliau menetapkan perwajiban zakat atas:

1. Wariq (perak) yang berjumlah 200 dirham
2. Dan atas kepemilikan emas 20 mistqal (konversi menjadi gram adalah 85 atau 92 gram emas murni 24K –pent)
3. Atas kepemilikan biji-bijian dan buah-buahan 5 wasaq (dikonversikan menjadi 9 kwintal -pent) atau sebanyak 5 bawaan muatan unta Arab
4. Untuk kepemilikan kambing 40 ekor
5. Atas kepemilikan sapi 30 ekor, dan
6. Unta 5 ekor.

Akan tetapi, ketika nishab zakat tidak bisa diambil dari jenis ternak tersebut, maka beliau SAW menentukan kambing sebagai zakatnya. Ketika kepemilikannya 5 ekor dan jumlah kelipatan 5 sehingga menjadi 25 ekor, maka nishabnya bisa dihargakan menjadi seekor dari jenis unta. Maka, pada keadaan inilah kewajiban ditetapkan.

Kemudian, ketika beliau SAW telah menetapkan batasan usia yang wajib untuk penunaian zakat pada keadaan usia yang beragam, tergantung banyak-sedikitnya unta dari jenis bintu makhad, dan diatasnya adalah ibnu labun atau bintu labun, diatasnya lagi adalah hiqq atau hiqqah, diatasnya lagi adalah jadza’ atau jadza’ah. Semakin banyak unta, maka semakin tinggi usia hewan yang digunakan untuk membayar zakat, begitu seterusnya hingga usia tertinggi. Maka, pada keadaan tersebut, beliau SAW menetapkan banyaknya jumlah harta zakat berbanding lurus dengan banyaknya jumlah harta wajib zakat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih semoga kritik dan sarannya