Senin, 02 Agustus 2010

Cara Membuat Hidup Lebih Bermanfaat

1. Dengan Cara Menghargai waktu
Ibnul Qayyim menegaskan substansi dan nilai waktu dalam kehidupan manusia, “Sebenarnya waktu yang dimiliki oleh manusia adalah umurnya sendiri yang terus berjalan perlahan seperti gerakan awan. Setiap waktu yang digunakan untuk Allah, itulah kehidupan dan umurnya. Sementara itu, waktu yang digunakan selain dengan tujuan tersebut tidak dianggap sebagai waktu (yang berarti) bagi hidupnya. Jika dia terus hidup, maka hidupnya sama dengan kehidupan binatang. Jika dia menghabiskan waktu dalam keadaan lalai, lupa diri, dan membangun harapan-harapan bathil, maka waktu terbaik yang dilaluinya adalah ketika tidur dan menganggur. Maka orang tersebut lebih baik mati daripada terus bertahan hidup”. (Al-Jawab Al-Kafi)
Ungkapan Ibnul Qayyim sangat tepat untuk diperhatikan dalam konteks Ramadhan. Betapa banyak waktu yang terkadang terbiar tanpa aktivitas di bulan ini. Padahal keutamaan yang disediakan oleh Ramadhan memiliki motivasi tersendiri untuk memenuhi waktu demi waktu di bulan ini dengan amal sholeh.
Ibnu Mas’ud ra. mengingatkan kepada kita akan penyesalan waktu yang tidak bermanfaat, dan berkata“Aku tidak pernah menyesali sesuatu seberat penyesalanku terhadap satu hari dimana matahari sudah tenggelam dan umurku berkurang, namun amal kebaikanku tidak bertambah”.
Sesungguhnya waktu adalah harta yang paling berharga bagi semua orang, karena waktu adalah modal utamanya. Semua Aktivitas mustahil bisa dicapai, kecuali jika ia bisa menggunakan dan mengoptimalkan waktunya dengan sungguh-sungguh.
Ramadhan mengajarkan banyak kepada manusia akan penting dan berartinya waktu. Bahkan ada waktu yang lebih baik dan lebih besar nilainya dari seribu bulan, yaitu lailatul qadar. Dan itu hanya Allah sediakan di bulan Ramadhan.

2. Dengan Melihat Ketauladanan dari Orang-orang yang Shlaleh
Menauladani seseoerang dalam kehidupan tidaklah dilarang, namun dlam hal ini memilih seorang yang akan diteladai adalah hal yang teramat penting, karena begitu kita salah memilih keteladanan maka perilaku kita akan sangat berperngaruh terhadap amal yang kita kerjakan. Salah-salah kia memilih ketauladanan maka kita akan mengerjakan hal-hal yang kurang bermanfaat dan kita akan terus tergilas oleh waktu sementara amal kehidupan kita tidak bertambah.
Keteladan seorang merupakan pilar utama kesuksesan beramal. Keteladan Rasulullah saw yang diungkapkan oleh Aisyah ra “akhlaknya adalah Al-Qura’n” merupakan kunci utama kesuksesan dan penerimaan dakwah beliau. Maka jadikan Rasulullah sebagai tauladan yang baik. Yang Dapat dipercaya keteladanannya; keteladanan dalam bersikap, bertingkah laku, keteladanan dalam kesabaran, keteladanan dalam beramal dan keteladanan dalam membangun persaudaraan diantara sesama.
Semua keteladanan yang dicontohkan Rasul itu ternyata merupakan petunjuk praktis dan aturan main amaliah Ramadhan.

3. Dengan Memperbanyak Dzikir dan Doa
Satu ayat yang disisipkan di tengah-tengah ayatush shiyam adalah ayat 186 yang berbicara tentang do’a dan dzikir, “Jika hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka katakanlah Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permintaan hambaKu jika ia memohon kepadaKu”.
"dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran".

Penyisipan ayat ini mengisyaratkan bahwa amaliah Ramadhan hendaklah senantiasa diiringi dengan doa memohon pertolongan dan kekuatan dariNya, apalagi dalam konteks dakwah, sangat tepat jika dzikir dan doa ini senantias menghiasi kehidupan para da’i.
Dzikir merupakan sarana membersihkan diri dan beribadah kepada Allah sekaligus sebagai bekal selama menempuh perjalanan dakwah.
Ada tiga bentuk Dzikir yang sangat baik untuk diperbanyak di bulan Ramadhan sebagai sentuhan energi dan kekuatan dalam berdakwah;

Dzikir Do’a seperti istighfar, tasbih, tahmid, takbir, tahlil, tilawah Qur’an dan Dzikir kalimah thoyyibah lainnya.
Dzikir Robithah (persaudaraan) untuk memperkuat hubungan bathin diantara sesame manusia sebagai bentuk do’a yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah saw.
Dzikir muhasabah (inropeksi) dalam bentuk mengingat dan mengevaluasi seluruh aktivitas hidup yang dilakukan pada hari itu. Jika ada kebaikan, segeralah mensyukurinya dan jika ada kekurangan dan kekhilafan, segeralah untuk memohon ampunan dan memanjatkan doa kepada Allah, lalu bertobat untuk memperbaiki gerak hidup di masa yang akan datang.
Dzikir-dzikir harian ini terasa akan lebih efektif jika dilaksanakan saat menjelang malam hari berbarengan dengan aktivitas qiyamul lail. Kekuatan doa dan Dzikir akan memperkuat langkah hidup, karena “Doa adalah senjata orang yang beriman”. Dan bulan Ramadhan adalah syahrul ijabahu du’a. (bulan terkabulnya doa)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih semoga kritik dan sarannya