Kamis, 25 November 2010

KEBAHAGIAAN HIDUP menurut ISLAM

Ibnu Abbas ra. adalah salah seorang sahabat NabiSAW yang sangat telaten dalam menjaga dan melayani Rasulullah SAW, dimana iapernah secara khusus didoakan Rasulullah SAW, selain itu pada usia 9 tahun IbnuAbbas telah hafal Al-Quran dan telah menjadi imam di mesjid. Suatu hari iaditanya oleh para Tabi’in (generasi sesudah wafatnya Rasulullah SAW) mengenaiapa yang dimaksud dengan kebahagiaan dunia. Jawab Ibnu Abbas ada 7 (tujuh)indikator kebahagiaan dunia, yaitu :

Pertama, Qalbun syakirun atau hati yang selalu bersyukur.

Memiliki jiwa syukur berarti selalu menerima apa adanya (qona’ah), sehinggatidak ada ambisi yang berlebihan, tidak ada stress, inilah nikmat bagi hati yangselalu bersyukur. Seorang yang pandai bersyukur sangatlah cerdas memahamisifat-sifat Allah SWT, sehingga apapun yang diberikan Allah ia malah terpesonadengan pemberian dan keputusan Allah. Bila sedang kesulitan maka ia segera ingatsabda Rasulullah SAW yaitu : “Kalau kita sedang sulit perhatikanlah orang yanglebih sulit dari kita”. Bila sedang diberi kemudahan, ia bersyukur denganmemperbanyak amal ibadahnya, kemudian Allah pun akan mengujinya dengan kemudahanyang lebih besar lagi. Bila ia tetap “bandel” dengan terus bersyukur maka Allahakan mengujinya lagi dengan kemudahan yang lebih besar lagi. Maka berbahagialahorang yang pandai bersyukur!

Kedua. Al azwaju shalihah, yaitu pasangan hidup yang sholeh.

Pasangan hidup yang sholeh akan menciptakan suasana rumah dan keluarga yangsholeh pula. Di akhirat kelak seorang suami (sebagai imam keluarga) akan dimintapertanggungjawaban dalam mengajak istri dan anaknya kepada kesholehan.Berbahagialah menjadi seorang istri bila memiliki suami yang sholeh, yang pastiakan bekerja keras untuk mengajak istri dan anaknya menjadi muslim yang sholeh.Demikian pula seorang istri yang sholeh, akan memiliki kesabaran dan keikhlasanyang luar biasa dalam melayani suaminya, walau seberapa buruknya kelakuansuaminya. Maka berbahagialah menjadi seorang suami yang memiliki seorang istriyang sholeh.

Ketiga, al auladun abrar, yaitu anak yang soleh.

Saat Rasulullah SAW lagi thawaf. Rasulullah SAW bertemu dengan seorang anak mudayang pundaknya lecet-lecet. Setelah selesai thawaf Rasulullah SAW bertanyakepada anak muda itu : “Kenapa pundakmu itu ?” Jawab anak muda itu : “YaRasulullah, saya dari Yaman, saya mempunyai seorang ibu yang sudah udzur. Sayasangat mencintai dia dan saya tidak pernah melepaskan dia. Saya melepaskan ibusaya hanya ketika buang hajat, ketika sholat, atau ketika istirahat, selain itusisanya saya selalu menggendongnya”. Lalu anak muda itu bertanya: ” YaRasulullah, apakah aku sudah termasuk kedalam orang yang sudah berbakti kepadaorang tua ?” Nabi SAW sambil memeluk anak muda itu dan mengatakan: “SungguhAllah ridho kepadamu, kamu anak yang soleh, anak yang berbakti, tapi anakkuketahuilah, cinta orangtuamu tidak akan terbalaskan olehmu”. Dari hadisttersebut kita mendapat gambaran bahwa amal ibadah kita ternyata tidak cukupuntuk membalas cinta dan kebaikan orang tua kita, namun minimal kita bisamemulainya dengan menjadi anak yang soleh, dimana doa anak yang sholeh kepadaorang tuanya dijamin dikabulkan Allah. Berbahagialah kita bila memiliki anakyang sholeh.

Keempat, albi'atu sholihah, yaitu lingkungan yang kondusif untuk iman kita.

Yang dimaksud dengan lingkungan yang kondusif ialah, kita boleh mengenalsiapapun tetapi untuk menjadikannya sebagai sahabat karib kita, haruslahorang-orang yang mempunyai nilai tambah terhadap keimanan kita. Dalam sebuahhaditsnya, Rasulullah menganjurkan kita untuk selalu bergaul dengan orang-orangyang sholeh. Orang-orang yang sholeh akan selalu mengajak kepada kebaikan danmengingatkan kita bila kita berbuat salah. Orang-orang sholeh adalah orang-orangyang bahagia karena nikmat iman dan nikmat Islam yang selalu terpancar padacahaya wajahnya. Insya Allah cahaya tersebut akan ikut menyinari orang-orangyang ada disekitarnya. Berbahagialah orang-orang yang selalu dikelilingi olehorang-orang yang sholeh.

Kelima, al malul halal, atau harta yang halal.

Paradigma dalam Islam mengenai harta bukanlah banyaknya harta tetapi halalnya.Ini tidak berarti Islam tidak menyuruh umatnya untuk kaya. Dalam riwayat ImamMuslim di dalam bab sadaqoh, Rasulullah SAW pernah bertemu dengan seorangsahabat yang berdoa mengangkat tangan. “Kamu berdoa sudah bagus”, kata Nabi SAW,“Namun sayang makanan, minuman dan pakaian dan tempat tinggalnya didapat secaraharam, bagaimana doanya dikabulkan”. Berbahagialah menjadi orang yang hartanyahalal karena doanya sangat mudah dikabulkan Allah. Harta yang halal juga akanmenjauhkan setan dari hatinya, maka hatinya semakin bersih, suci dan kokoh,sehingga memberi ketenangan dalam hidupnya. Maka berbahagialah orang-orang yangselalu dengan teliti menjaga kehalalan hartanya.

Keenam, Tafakuh fi dien, atau semangat untuk memahami agama.

Semangat memahami agama diwujudkan dalam semangat memahami ilmu-ilmu agamaIslam. Semakin ia belajar, maka semakin ia terangsang untuk belajar lebih jauhlagi ilmu mengenai sifat-sifat Allah dan ciptaan-Nya. Allah menjanjikan nikmatbagi umat-Nya yang menuntut ilmu, semakin ia belajar semakin cinta ia kepadaagamanya, semakin tinggi cintanya kepada Allah dan rasul-Nya. Cinta inilah yangakan memberi cahaya bagi hatinya. Semangat memahami agama akan meng ”hidup” kanhatinya, hati yang “hidup” adalah hati yang selalu dipenuhi cahaya nikmat Islamdan nikmat iman. Maka berbahagialah orang yang penuh semangat memahami ilmuagama Islam.

Ketujuh, yaitu umur yang baroqah.

Umur yang baroqah itu artinya umur yang semakin tua semakin sholeh, yang setiapdetiknya diisi dengan amal ibadah. Seseorang yang mengisi hidupnya untukkebahagiaan dunia semata, maka hari tuanya akan diisi dengan banyak bernostalgia(berangan-angan) tentang masa mudanya, iapun cenderung kecewa dengan ketuaannya(post-power syndrome). Disamping itu pikirannya terfokus pada bagaimana caranyamenikmati sisa hidupnya, maka iapun sibuk berangan-angan terhadap kenikmatandunia yang belum ia sempat rasakan, hatinya kecewa bila ia tidak mampu menikmatikenikmatan yang diangankannya. Sedangkan orang yang mengisi umurnya denganbanyak mempersiapkan diri untuk akhirat (melalui amal ibadah) maka semakin tuasemakin rindu ia untuk bertemu dengan Sang Penciptanya. Hari tuanya diisi denganbermesraan dengan Sang Maha Pengasih. Tidak ada rasa takutnya untuk meninggalkandunia ini, bahkan ia penuh harap untuk segera merasakan keindahan alam kehidupanberikutnya seperti yang dijanjikan Allah. Inilah semangat “hidup” orang-orangyang baroqah umurnya, maka berbahagialah orang-orang yang umurnya baroqah.

Demikianlah pesan-pesan dari Ibnu Abbas ra. mengenai 7 indikator kebahagiaan dunia.

Bagaimana caranya agar kita dikaruniakan Allah ke tujuh buah indikatorkebahagiaan dunia tersebut ? Selain usaha keras kita untuk memperbaiki diri,maka mohonlah kepada Allah SWT dengan sesering dan se-khusyu’ mungkin membacadoa ‘sapu jagat’ , yaitu doa yang paling sering dibaca oleh Rasulullah SAW.Dimana baris pertama doa tersebut “Rabbanaa aatina fid dun-yaa hasanaw” (yangartinya “Ya Allah karuniakanlah aku kebahagiaan dunia ”), mempunyai makna bahwakita sedang meminta kepada Allah ke tujuh indikator kebahagiaan dunia yangdisebutkan Ibnu Abbas ra, yaitu hati yang selalu syukur, pasangan hidup yangsoleh, anak yang soleh, teman-teman atau lingkungan yang soleh, harta yanghalal, semangat untuk memahami ajaran agama, dan umur yang baroqah.

Walaupun kita akui sulit mendapatkan ketujuh hal itu ada di dalam genggamankita, setidak-tidaknya kalau kita mendapat sebagian saja sudah patut kitasyukuri.

Sedangkan mengenai kelanjutan doa sapu jagat tersebut yaitu “wa fil aakhiratihasanaw” (yang artinya “dan juga kebahagiaan akhirat”), untuk memperolehnyahanyalah dengan rahmat Allah. Kebahagiaan akhirat itu bukan surga tetapi rahmatAllah, kasih sayang Allah. Surga itu hanyalah sebagian kecil dari rahmat Allah,kita masuk surga bukan karena amal soleh kita, tetapi karena rahmat Allah.

Amal soleh yang kita lakukan sepanjang hidup kita (walau setiap hari puasa dansholat malam) tidaklah cukup untuk mendapatkan tiket masuk surga. Amal solehsesempurna apapun yang kita lakukan seumur hidup kita tidaklah sebanding dengannikmat surga yang dijanjikan Allah.

Kata Nabi SAW, “Amal soleh yang kalian lakukan tidak bisa memasukkan kalianke surga”. Lalu para sahabat bertanya: “Bagaimana dengan Engkau yaRasulullah ?”. Jawab Rasulullah SAW : “Amal soleh saya pun juga tidakcukup”. Lalu para sahabat kembali bertanya : “Kalau begitu dengan apakita masuk surga?”. Nabi SAW kembali menjawab : “Kita dapat masuk surgahanya karena rahmat dan kebaikan Allah semata”.

Jadi sholat kita, puasa kita, taqarub kita kepada Allah sebenarnya bukan untuksurga tetapi untuk mendapatkan rahmat Allah. Dengan rahmat Allah itulah kitamendapatkan surga Allah (Insya Allah, Amiin).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih semoga kritik dan sarannya